piyouh…

Irwandi Yusuf: Kembalikan Kejayaan Islam di Aceh dengan Program Fahmul Quran

Irwandi Yusuf bersama anak-anak yatim yang sedang mengikuti program Fahmul Quran di sekolah terpadu Fajar Hidayah Blang Bintang Aceh Besar

Irwandi Yusuf bersama anak-anak yatim yang sedang mengikuti program Fahmul Quran di sekolah terpadu Fajar Hidayah Blang Bintang Aceh Besar

 

Irwandi Yusuf: Kembalikan Kejayaan Islam di Aceh dengan Program Fahmul Quran

 

Kamis (16 April 2009), beberapa kilometer dari kota Banda Aceh, tepatnya di kecamatan Blang Bintang, Aceh Besar, terlihat kesibukan dihampir semua sudut bangunan Sekolah Islam Terpadu Fajar Hidayah. Kamis siang yang cerah tersebut memang mempunyai makna yang berbeda bagi seluruh penghuni sekolah dan mereka yang mengikuti pelatihan karena Gubernur Aceh Irwandi Yusuf beserta rombongannya akan hadir langsung untuk membuka secara resmi pelatihan metode pembelajaran islami terpadu yang disebut dengan metode Fahmul Quran, namun tidak hanya itu saja Gubernur juga akan mewisuda secara simbolis sebanyak 500 guru-guru se-Banda Aceh dan Aceh Besar yang telah mengikuti pelatihan intensif selama 15 hari di Sekolah Islam tersebut.

 

Sekolah Islam yang didiami oleh sekitar 200 anak yatim berbagai usia tersebut memang telah menjadi satu sekolah yang menjadi percontohan tentang metode pembelajaran yang memakai konsep pembelajaran dengan menyatukan ilmu pengetahuan umum dengan pemahaman terhadap ajaran-ajaran alquran. Di sekolah ini pula pelatihan metode Fahmul Quran bagi guru-guru tersebut dilaksanakan.

 

Inisiatif untuk menjalankan program ini di Aceh bermula ketika pada tahun 2007 Gubernur Aceh Irwandi Yusuf mengunjungi Sekolah Islam Terpadu Fajar Hidayah di kawasan Cibubur Jakarta Timur. Disana Irwandi melihat bahwa konsep Fahmul Quran yang diterapkan telah berhasil melahirkan anak didik yang mampu menyerap dengan baik ajaran Alquran yang dipadukan dengan Ilmu Pengetahuan Umum. Tertarik dengan ide yang menurut Irwandi sangat cocok untuk diterapkan di Aceh, maka Irwandi meminta agar pesantren Fajar Hidayah Indonesia yang dipimpin oleh Mirdas Eka Yora dan istrinya Draga Rangkuti untuk menerapkan konsep yang sama di Aceh dengan biaya yang diberikan oleh Pemerintah Aceh melalui Anggaran Pendapatan Belanja Aceh (APBA).

 

Alhasil pada awal tahun 2007 dimulailah pembicaraan yang lebih intensif mengenai konsep metode Fahmul Quran yang disesuaikan dengan kondisi pendidikan di Aceh. Dari pembicaraan tersebut diputuskan bahwa konsep yang terbaik bagi Aceh adalah dengan memberikan pelatihan kepada guru-guru dalam dua sistem, yaitu melalui Fahmul Quran Integrasi, dimana semua aspek pembelajaran umum dipadukan dengan ilmu Alquran, kedua yaitu melalui Fahmul Quran khusus yang mencakup penerapan nilai-nilai syariat, akidah dan akhlakul karimah. Program tersebut mulai diterapkan pada bulan Oktober 2008 dengan membuka pelatihan bagi 500 guru se-Banda Aceh dan Aceh Besar.

 

Gagasan Irwandi Yusuf untuk menerapkan konsep pendidikan Islami di Aceh timbul dari keprihatinannya pada memudarnya kejayaan pendidikan Islam di Aceh. Irwandi meyakini bahwa pemaksaan syariah untuk mengembalikan kejayaan Islam di Aceh tidak akan efektif  namun jalur yang paling efektif adalah dengan melalui pemberian fasilitas pendidikan yg terintegrasi antara lmu pengetahuan umum dengan nilai-nilai ajaran islam.  

 

Irwandi berharap dengan konsep Fahmul Quran akan lahir generasi dan masyarakat Aceh yang dan cinta dengan syariat Islam, paham terhadap nilai-nilai Alquran dan hadist. Dengan target infiltrasi nilai-nilai keagamaan secara bertahap melalui kesadaran dan kecintaan terhadap ALLAH serta akhlak Qurani pada usia sekolah dasar, dilanjutkan dengan pengenalan hukum-hukum Islam pada usia sekolah menengah pertama, dan  pengenalan pola hukuman dalam Islam pada usia menengah atas, maka diharapkan generasi baru Aceh memahami secara keseluruhan isi Alquran dan pada akhirnya menjalankan syariat bukan karena keterpaksaan tapi karena didorong oleh keterpautan hati yang begitu dalam dengan pemahaman yang penuh terhadap indahnya nilai-nilai syariat dan kesejukan tatanan aturan dan budaya Islami.

 

Sasaran Fahmul Quran adalah seluruh jenjang pendidikan di Aceh mulai dari SD/MI, SMP/Tsanawiyah, SMA/SMK/Aliyah atau yang sederajat. Pada tahun 2009 ini Pemerintah Aceh baru akan menjalankan program percontohan untuk jenjang sekolah dasar/sederajat dikarenakan jumlah guru yang dapat ditraining hingga bulan juli 2009 ini baru mencapai 1500 guru.

 

Mengingat jumlah keseluruhan guru di seluruh Aceh yang mencapai lebih dari 50.000, maka untuk dapat mengimplementasikan Fahmul Quran secara menyeluruh diseluruh jenjang pendidikan maka dukungan anggaran yang memadai sangat diperlukan karena sumber pendanaan program ini berasal dari realisasi APBA. Sementara untuk Tahun 2010-2011, apabila pemerintah Aceh mendapat dukungan realisasi APBA dengan jumlah yang lebih besar maka dalam waktu hingga 2 tahun kedepan kurikulum Fahmul Quran dapat diimplementasikan diseluruh SD/Sederajat baik dalam mata pelajaran yang mengkhususkan pada program Fahmul Quran, maupun integrasi dengan mata pelajaran lainnya.

 

Program Fahmul Quran juga telah mendapatkan dukungan yang sangat kuat dari para ulama seluruh Aceh, sesuai dengan hasil Mudzakarah Ulama yang melahirkan rekomendasi yang salah satu isinya adalah mendukung penuh pelaksanaan pendidikan Islami di Aceh melalui program Fahmul Quran dan aktifitas pendidikan Islami lainnya pada tanggal 1 April 2009 yang lalu dimana  dihadiri oleh 180 peserta yang terdiri dari para ulama kharismatik seluruh Aceh, teungku-teungku, abu-abu dan walid-walid, anggota MPU seluruh Kabupaten/Kota, para Kepala Dinas, MPD, Dinas Syariat Islam, Unsyiah, IAIN AR-Raniry, tokoh pendidikan dan tokoh masyarakatt Aceh.

 

Gubernur Aceh mengharapkan inovasi ini bukan hanya mendapat dukungan dari para ulama tetapi juga dari seluruh kalangan yang terkait termasuk orangtua murid, para guru, DPRA/DPRK, dan juga  Pemkab/Pemkot. Gubernur Aceh juga mengharapkan agar program ini tidak dilihat sebagai program Pemerintah Aceh semata namun juga program yang harus disukseskan bersama-sama. Aceh adalah milik bersama seluruh rakyat Aceh dan hanya dengan kerjasama dan sumbangsih semua pihak maka kita dapat mengembalikan marwah Aceh yang tidak hanya terkenal sebagai serambi Mekah namun juga pernah menjadi pusat pendidikan Islam yang terkenal di Asia Tenggara

 

 

 

Samsul Bahri, pimpinan Fajar Hidayah Aceh.           

Kami sangat menyambut baik gagasan Gubernur Aceh untuk mengadakan program Fahmul Quran di Aceh, kami rasa Aceh sangat cocok dengan program ini. Konsep Fahmul Quran adalah belajar dengan system Fun and Active Learning. Untuk membangkitkan kreatifitas dan menghilangkan dogma bahwa belajar itu membosankan, Guru-guru kita latih untuk tidak hanya terfokus dengan proses belajar dalam kelas namun juga diluar kelas dengan perpaduan nilai nilai Al-Qur’an. Hal itu kita rasa sangat efektif karena guru-guru yang kita latih disini sangat antusias dan ingin segera menerapkan disekolahnya masing-masing.

Di Fajar Hidayah ini kami memiliki 49 orang trainers yang sangat berpengalaman di bidangnya, kami juga bekerjasama dengan PTC Learning School Singapura.

Target kami tahun ini melatih 1000 guru di seluruh Aceh, kami berharap target yang lebih besar namun saat ini yang insya ALLAH bisa tercapai 1000 orang, sekarang 320 orang guru SD dari Banda Aceh dan Aceh Besar sedang mengikuti pelatihan dari pukul 8.30 pagi sampai dengan 17.30 sore selama 15 hari dengan total waktu 120 jam.

Semua guru-guru tersebut kita latih dengan gratis dengan pembiayaan dari Anggaran Pendapatan Belanja Aceh. Insya Allah mulai bulan Mei akan kita perluas ke Kabupaten/Kota lainnya di Aceh dan nanti juga akan kita latih guru-guru dari SMP/MTSN dan SMA/ MAN.

Selain metode pembelajaran islami yang kita ajarkan disini, kita juga memberikan pendidikan akhlak yang baik serta kesadaran-kesadaran akan pentingnya melestarikan lingkungan bagi anak-anak seperti cara pemanfaatan barang bekas yang masih dapat digunakan, selain mengajari anak berhemat juga sebagai ilmu baru bagi para guru untuk ditularkan ke murid-muridnya.

 

 

Rastina S.pd (Ibu Ina), Guru Mata Pelajaran Umum SD 67 Percontohan Lam Lagang.

Saya sudah mengikuti pelatihan ini selama 5 hari, ini merupakan pengalaman yang baru bagi saya, disini saya belajar tentang pembelajaran yang menyenangkan dengan perpaduan nilai-nilai islami.

Saya rasa pelatihan seperti ini sangat bermanfaat bagi guru-guru yang ada di Aceh, selama ini saya melihat bahwa guru-guru khususnya mata pelajaran umum cenderung mengajarkan mata pelajaran umum apa adanya dengan anggapan bahwa sudah ada guru lain yang mengajarkan mata pelajaran Agama, padahal nilai-nilai Qurani mencakup semua aspek ilmu pengetahuan bahkan Matematika, dalam mengajarkan bilangan-bilangan dapat kita kaitkan dengan hukum waris dalam agama Islam serta juga pengenalan huruf-huruf hijaiyah pada murid, bahkan Matematika dapat diajarkan melalui lagu-lagu nasheed dan saya pikir murid-murid kami akan sangat senang dengan sistem seperti ini.

Menurut saya, guru adalah seperti pisau yang bila tidak diasah lama-lama akan tumpul, dan saya pikir kebijakan Gubernur Aceh ini sangat patut kita dukung, semoga program ini akan berkesinambungan karena kami para guru melihat inilah program yang sangat cocok dengan daerah Aceh, inilah masa depan islami yang kita idam-idamkan untuk generasi rakyat Aceh, dengan adanya program ini, kami para guru mata pelajaran umum akan menjadi teamwork yang sangat kuat dalam mengajarkan nilai-nilai Quran pada murid, murid tidak harus menghafal atau mengenal huruf-huruf Alquran namun yang paling penting adalah mereka memahami nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Quran.

Saya mengharapkan pemerintah Aceh dapat juga membentuk semacam tim pengawas/ monitoring yang akan terus memantau perkembangan guru-guru yang telah mendapatkan pelatihan disini sehingga pelatihan ini nantinya tidak hanya terbatas di Fajar Hidayah namun juga di tingkat gugus sekolah.

 

Khumaini S.pd, Guru Mata Pelajaran umum SD Tanjung Selamat, Darussalam.

Setelah mengikuti program Fahmul Quran selama 15 hari, saya merasakan manfaat dari pelatihan seperti ini sangat banyak, disini kita mendapat ide-ide baru yang belum pernah dilakukan di Sekolah Negeri di Aceh.

Dalam pelatihan ini, kami diajarkan bahwa murid-murid harus diberikan kebebasan dalam belajar, mereka bisa belajar sambil bermain, dan yang paling menarik tujuan utama pelatihan ini adalah agar kita para guru bisa membuat murid memahami tentang Al-Qur’an tanpa harus melakukan aktifitas rutin yang mungkin membosankan bagi mereka.

Dalam mengajar ilmu sains misalnya, banyak sekali hal yang bisa dikaitkan dengan Al-Quran seperti proses pembentukan bumi dan gravitasi, kita bisa mengaitkan dengan ayat-ayat Al-Quran dengan cara yang membuat murid-murid memahami kebesaran Ilahi dengan cara yang menyenangkan, kami bisa ajak murid keluar dari ruangan kelas melihat ciptaan-ciptaan ALLAH serta kaitan dengan Al-Qur’an, walaupun mungkin sepintas terlihat seperti tidak teratur namun justru disitu saya melihat pemahaman murid lebih baik daripada duduk diam di kelas dan hanya mendengar tanpa partisipasi aktif.   

Saya berharap agar program ini dapat terus berlanjut, kedepannya saya juga mengharapkan agar kurikulum yang ada di Aceh saat ini dapat diganti dengan kurikulum Islami seperti ini supaya tidak ada benturan di dalam kami mengajar. Saya yakin apabila program ini terus diintensifkan, maka masa depan pendidikan Islami di Aceh akan gemilang dan generasi mendatang akan melihat syariat Islam sebagai suatu hal yang membanggakan.

 

Article by Aprisah Banun (serambi indonesia). adv

April 27, 2009 Posted by | Uncategorized | Leave a comment

terpesona panorama waduk Keuliling Aceh Besar

salah satu sisi wadukKamis (19/02/09)sebuah rombongan kecil meluncur dari pekarangan Hotel Hermes Palace, di jalan TP Nyak Makam, Banda Aceh. Didalam rombongan itu terdapat Gubernur Aceh Irwandi Yusuf dan Menteri Kehutanan Republik Indonesia MS. Kaban.

 

Rombongan ini akan melakukan perjalanan sejauh 35 kilometer dari kota Banda Aceh, tepatnya ke lokasi wilayah Desa Bak Sukon, kemukiman Lam Leu’ot, Kecamatan Kuta Cot Gle, Kabupaten Aceh Besar. Kedua pejabat tertinggi dijajarannya masing-masing itu akan meninjau lokasi pembangunan Waduk Keuliling atau Bendungan Keuliling yang hampir rampung dikerjakan.

 

Tujuan utama dari tinjauan tersebut adalah untuk melihat sejauh mana Waduk Keuliling tersebut telah rampung serta melihat kesiapan pengelola Waduk dalam menyediakan air baku untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Aceh Besar dan Banda Aceh.

 

Waduk ini merupakan bendungan terbesar di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang selain memiliki manfaat juga terlihat mengagumkan  dengan paduan keindahan alam Aceh Besar yang masih sangat alami.

 

Indah menyegarkan

Keluar dari ramainya kota Banda Aceh untuk mencapai lokasi tersebut, ada beberapa titik yang harus dilalui, setelah melewati Kecamatan Indarapuri, Gubernur beserta rombongan harus melalui jalanan berkerikil dan berdebu lebih kurang 3,5 Km dari jalan Banda aceh-Medan.

 

Namun, perjalanan tidak terasa melelahkan, karena pemandangan sepanjang jalan sangat menyegarkan mata dengan keindahan panorama alam berupa hamparan sawah menghijau, bukit-bukit kecil, pepohonan yang tumbuh liar dan perkebunan masyarakat.

 

Lokasi bendungan keliling yang terdapat di ujung jalanan berkerikil tersebut memiliki catchment area seluas 38,20 Km2 yang berarti bahwa bendungan ini mampu menampung air dalam jumlah yang sangat besar (tampungan total air baku di waduk tersebut adalah 18.359.078 meter kubik).

 

Bendungan luas tersebut dikelilingi oleh hamparan bukit-bukit kecil dengan panorama alam yang sangat indah sehingga sangat pantas untuk dikunjungi, Secara kasat mata bendungan yang memiliki usia guna sampai 50 tahun itu lebih mirip sebuah sungai alami dengan kejernihan air yang luar biasa.

 

Yang sangat menarik adalah wilayah hutan dan sawah di sekitar waduk dengan kontur tanah perbukitan yang landai tersebut bisa dilalui dengan  kendaraan roda empat dan roda dua tanpa kesulitan yang

berarti.

 

Di area Bendungan keliling atau waduk Keuliling, Gubernur beserta Menteri Kehutanan mengunjungi beberapa view points yang menyuguhkan pemandangan yang strategis.

 

Disana Gubernur dan Menhut mendengarkan paparan dari pengelola waduk mengenai pengembangan areal persawahan didaerah irigasi Keuliling hulu dan irigasi Keuliling hilir yang kekurangan debit air dari Krueng Aceh extension dan Krueng Jreu disuplai dari Waduk Keuliling ini.

 

Sangat potensial

Dalam tinjauan selama lebih dari satu jam tersebut, Gubernur menyampaikan kepada para pejabat yang hadir bahwa wilayah kecamatan Kuta Cot Gle yang merupakan lokasi bendungan sangat potensial untuk diberdayakan untuk mengembangkan ekonomi masyarakat setempat.

 

Tidak kalah pentingnya, sentra ekonomi masyarakat Aceh Besar adalah di sektor pertanian, maka pembangunan waduk ini sangat bermanfaat bagi masyarakat lokal terutama pemilik lahan  pertanian karena  secara total sawah yang akan diairi oleh Waduk ini adalah seluas 4.790,50 Hektar.

 

Gubernur juga mengingatkan kepada pengelola waduk untuk memastikan bahwa debit air tidak berkurang dalam mensupplai kebutuhan kepada masyarakat yang membutuhkan. Gubernur juga menganjurkan pengelola untuk mengingatkan masayarakat lokal agar tidak menjaring ikan di waduk apalagi dalam jumlah yang besar karena dapat mematikan habitat ikan disana yang akan sangat bermanfaat bagi masyarakat dalam jangka waktu 5-6 tahun kedepan.

 

Keindahan alam di wilayah sekitar waduk memang sangat potensial untuk dijadikan sebagai contoh nyata pelestarian lingkungan dan pengembangan pariwisata di wilayah Aceh Besar.

 

Pemkab Aceh Besar harus bergerak cepat untuk membangun sarana-sarana yang menunjang, agar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah.

 

Walaupun untuk memasuki wilayah tersebut masih harus melalui sekitar 3,5 Km jalanan yang berkerikil dan berdebu yang belum diaspal karena masih digunakan oleh truk-truk yang mengangkut alat berat untuk pembangunan waduk, namun keindahan panorama alam berupa hamparan sawah menghijau, bukit-bukit kecil dan pepohonan yang tumbuh liar menjadi satu pemandangan yang dapat membuat pengunjung betah berlama-lama tidak terkecuali Gubernur dan Menhut.

 

Pasalnya jika dilihat dari sudut pandang manapun, lokasi disekitar waduk tersebut tetap menyuguhkan pemandangan yang sangat alami dan menarik. Pejabat setempat yang hadir dalam tinjauan Gubernur mengatakan bahwa pada akhir pekan tempat tersebut sudah mulai dikunjungi oleh para penikmat wisata alam.

Kontur daerah sekitar Waduk yang berbukit-bukit dan memiliki hamparan rumput halus seperti lapangan golf sangat menarik untuk dijadikan arena relaksasi pecinta alam. Udara yang segar dan sedikit lembab di areal tersebut sangat cocok untuk dijadikan lokasi Outbound seperti di Mata ie.

 

Wilayah tersebut masih sangat asri dengan pemandangan Waduk Keuliling yang dibangun pada sungai Keuliling dengan kilauan air yang jernih dan bening yang tidak membosankan. Bahkan menurut keterangan pengelola, waduk tersebut memiliki catchment area yang sangat bagus yang berarti bahwa airnya tidak keruh walaupun sedang musim penghujan.

 

Selain keindahan airnya, waduk tersebut juga memiliki bermacam-macam ikan yang akan terus dipelihara dan ditingkatkan variasinya dengan menaburkan bermacam-macam benih ikan yang bermanfaat bagi masyarakat, namun untuk saat ini, ikan-ikan tersebut belum boleh dijaring namun bisa dipancing bagi mereka yang hobi memancing atau untuk konsumsi dalam jumlah yang kecil.

 

Waduk Keuliling ini merupakan Waduk pertama yang dibangun di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan tipe zonal. Kontsruksinya dimulai pada tahun 2000 dengan didanai oleh biaya APBN sebesar 258 Milyar. Pembangunan ini dimaksudkan untuk melindungi masyarakat petani dari kemungkinan berkurangnya supply air untuk mengairi pertanian mereka.

 

Disamping itu, waduk tersebut dapat meningkatkan keamanan terhadap banjir, mendukung program swasembada pangan khusunya beras yang sedang digalakkan di Aceh, meningkatkan pendapatan daerah melalui penciptaan lapangan kerja di sekitar waduk serta pelestarian lingkungan dan pengembangan wisata.

 

(aprisah banun, tabloid dwi mingguan Seumangat)

March 3, 2009 Posted by | Uncategorized | Leave a comment